(Sebuah Cerita)
Sangat aneh memang kalau diperhatikan, anak seusia anakku yang baru genap 7 tahun pada tahun ini, sudah harus dicekoki dengan berbagai macam pelajaran yang dulu mungkin (ketika jaman saya SD) hanya didapat ketika telah kelas 5-6 SD sekarang sudah harus diserap habis ketika kelas 1 SD... hihihihihiihihih.... Menurut saya sih aneh sekali, mengapa tidak aneh, sebab menurut saya begini filosofinya, orang tua menyekolahkan anaknya agar supaya anak tersebut bisa membaca,menulis, berhitung dan sebagai orang tua saya juga akan bangga ketika anak saya pandai, cerdas, dan ini mungkin menjadi harapan semua orang tua.. tetapi kita juga harus melihat kemampuah anak, masa-masa emas daya tangkap anak berbeda satu dengan yang lainnya, ada beberapa anak yang sangat brilian dengan kemampuan otaknya menangkap dengan cepat apa yang diberikan di awal-awal usia sekolah, ada yang ketika sudah SMA dan bahkan tingkatnyang lebih tinggi lagi...(kira kir begitulah...heheheheheheh...)
Seolah olah tanggungjawab itu dibebankan kepada taman kanak-kanak dan orang tua dirumah untuk mengajari anaknya membaca sehingga ketika anak masuk SD semua sudah ready tinggal memperdalam saja...? Dimana fungsi TK yang seharusnya menjadi tempat bermain sambil belajar sekarang menjadi tempat untuk mempresure anak supaya siap masuk SD..? Melihat itu semua jadi senyum senyum sendiri, satu sisi kasihan dan gak tega melihat anakku sisi lainnya aku tidak bisa berbuat banyk untuk membantu, hanya aku berusaha untuk tidak memberikan beban tambahan kepada anakku untuk menjadi ini dan itu, untuk menjadi rangking 1 atau masuk 10 besar di kelasnya atau bahkan menjadi 10 besar di sekolahnya.... aku hanya berdoa untuk anakku, semoga dia menjadi anak yang berguna bagi masa depannya, menjadi anak sholeh, berbakti kepada orang tua, berguna bagi nusa dan bangsa... amiinnnnn....
Suatu hari sepulang kerja aku mendapati anakku yang sulung (namanya Rafli) tengah dihukum oleh mamanya. Dengan penasaran aku tanyakan kepada mamanya dan tenyata jawaban yang aku dapatkan cukup membuat hati ini deg-degan (jiaaaaaaahhhhhh....heheheheheh).. yaitu : Si Rafli tidak selesai menulis di sekolah karena terlalu banyak, si Rafli tidak bisa mengerjakan pekerjaan sekolahnya karena tidak bisa mengerjakan.... kasihanmelihat anakku yang ganteng banget kayak bapaknya... hehehehehehehe mendapat hukuman menulis sebanyak-banyaknya oleh mamanya tercinta.....
Si Sulung Rafli... anakku yang paling Guanteng banget |
Ketika saya mencoba untuk menyimak dan mengetahui sejauh mana sih bobot materi kurikulum sekolah dasr kelas 1...? Wow.... sangat mencengangkan memang, sebab ada beberapa mata pelajaran yang membutuhkan nalar yang cukup untuk mengerjakannya ketika itu menjadi sebuah soal atau pertanyaan di sekolah... contohnya, catur warga adalah...? kepala rumah tangga adalah..? dan beberapa pertanyaan yang terkadang antara penalaran anak harus disamakan dengan penalaran tenaga pendidik... Kalau mau tau apa jawaban anak saya ketika pertanyaan itu dilontarkan.... catur warga adalah hitam dan putih (karna memang pengetahuan anak saya catur ya papan catur, dan jawabannya adalah hitam dan putih...dan jawaban untuk kepala keluarga adalah topi......hahahahahahahahah...) saya sampai tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya... itu karena penalaran anak normal seusia anak saya adalah memang sebatas yang fun, enjoy, bermain dan bermain....masik banyak kejadian-kejadian lainnya yang cukup menggelikan dan juga menggemaskan....
Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah kurikulum itu diterapkan untuk memacu anak agar lebih cerdas, lebih pandai, lebih tangguh untuk mempersiapkan anak menghadapi masa depannya dengan resiko stress karena anak harus menghadapi jam pelajaran dan materi pelajaran yang begitu banyak ditambah lagi dengan hasrat orang tua agar anaknya pandai dan menonjol di sekolahnya dengan berupaya memberikan kepada anak jam pelajaran tambahan dengan berbagai macam les..? Ataukan ini adalah upaya istitusi pemerintah atau sekolah untuk mengejar target ke-wah-an sekolah, atau upaya memberikan kemudahan kepada tenaga pengajar agar tidak harus susah susah mengajari anak membaca, berhitung, menulis yang seharusnya itu menjadi tanggung jawab mereka di sekolah (karena itulah fungsi sekolah) dengan memberikan persyaratan untuk masuk SD harus bisa membaca, menulis, berhitung, bahasa inggris, pengetahuan umum, pengetahuan lainnya...
Si Rafli bersama Adiknya yang Paling Cantik... Poppi..... |
Salam perdamaian....